Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Kabar Kuliner
Rekomendasi pola makan untuk jaga daya tahan hadapi cuaca ekstrem
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-10 05:28:26【Kabar Kuliner】025 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Konter bahan makanan sehat di pusat belanja.(Freepik)Jakarta (ANTARA) - Kondisi cuaca ek

Jakarta (ANTARA) - Kondisi cuaca ekstrem seperti curah hujan tinggi, banjir, kekeringan, dan sengatan panas bisa berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah, chikungunya, dan leptospirosis serta penyakit yang dipicu oleh pencemaran air seperti diare, disentri, dan tifus berpeluang meningkat semasa kondisi cuaca ekstrem.
"Penting untuk menyiapkan asupan makanan dan suplemen yang dapat membantu menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh agar ngak mudah sakit," kata dr. Faisal Parlindungan, M.Ked(PD), Sp.PD,K-R kepada ANTARA pada Senin.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) itu menyampaikan pentingnya mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan gizi seimbang untuk menjaga daya tahan tubuh.
"Makan makanan bergizi seimbang dengan banyak sayur, buah, daging tanpa lemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian," kata dr. Faisal, yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Ia mengangakan bahwa konsumsi makanan yang kaya vitamin C juga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin C terkandung dalam buah-buahan seperti jambu, jeruk, stroberi, tomat, mangga, dan nanas serta sayuran seperti brokoli, kembang kol, dan bayam.
Asupan vitamin D juga penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh, mencegah peradangan, serta meningkatkan kesehatan tulang dan gigi.
Makanan sumber vitamin D antara lain ikan salmon, ikan tuna, susu sapi, susu kedelai, jamur, dan buah jeruk.
Baca juga: Kebiasaan makan yang sebaiknya dihindari untuk mencegah diabetes
Selain mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan nutrisi seimbang, menurut dokter, penting pula untuk memastikan tubuh selalu terhidrasi dengan mencukupi kebutuhan cairan tubuh semasa kondisi cuaca ekstrem.
Kebutuhan cairan orang dewasa sekitar 30 sampai 35 mililiter per kilogram berat badan. Dengan demikian, orang dengan berat badan 60 kilogram punya kebutuhan cairan antara 1,8 liter sampai 2,1 liter.
Dokter Faisal juga menyampaikan pentingnya mengupayakan tubuh punya waktu istirahat antara tujuh sampai delapan jam sehari.
"Istirahat cukup minimal 7-8 jam per hari agar tubuh bisa pulih dan memperkuat sistem imun," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyampaikan bahwa wilayah Indonesia berpeluang menghadapi kondisi cuaca ekstrem mulai dari akhir Oktober 2025 hingga awal November 2025.
Pada masa peralihan musim kemarau menuju musim penghujan ini, hujan lebat dan angin kencang berpeluang terjadi di wilayah Indonesia.
Baca juga: Siasat membiasakan anak menerapkan pola makan sehat
Baca juga: Jadwal sarapan konsisten penting untuk penuaan yang sehat
Suka(132)
Artikel Terkait
- 16 spesies burung migran terpantau tiba di NTB
- Diabetes jadi penyebab perlemakan hati pemicu kanker hati
- Ide kegiatan seru & bermakna untuk merayakan Hari Pangan Sedunia 2025
- Kemendag buka akses ekspor kuliner Indonesia ke lima negara
- Jarang diketahui, ini deretan khasiat bawang putih bagi tubuh
- Kunjungi industri farmasi, WHO dorong kolaborasi penguatan fitofarmaka
- Kemenpar hadirkan tur gastronomi di Pameran Pangan Nusa 2025
- Mendag sebut transaksi TEI 2025 tembus Rp286 triliun
- Kondisi Pelabuhan Tanjung Perak usai kedatangan kontainer Cs
- Promo SPayLater bayar QRIS, nikmati diskon hemat Serba Seribu
Resep Populer
Rekomendasi

Mencipta karya bermakna tanpa menghamba pada algoritma

Hari Pangan Sedunia, bergandengan tangan membangun pangan

Pimpinan Komisi X usul bentuk dapur sekolah MBG di daerah 3T

Hindari keracunan, kapolri instruksikan pengawasan MBG diperketat

Wali Kota Kupang mendorong percepatan SLHS bagi SPPG

Pemkot Bandarlampung sebut belum ada rekomendasi SLHS ke dapur MBG

Pemprov Sumut turunkan tim tangani dugaan keracunan MBG di Toba

BPKH: Pelaku usaha RI berpeluang garap 30 persen ekosistem haji